Sisi Gelap Pelatihan Motivasi, Terapi dan Pemberdayaan Diri

"Sekitar kurang lebih dua hari lalu, Pakde Fu ada agenda meet up dengan seorang rekan untuk membicarakan soal kerjasama bisnis antara Pakde Fu dengan beliau. Namun ditengah obrolan? Kami kemudian sampai pada satu titik pemikiran dan kekhawatiran yang sama. KEKHAWATIRAN yang pada akhirnya mengingatkan pada tulisan dibawah ini." (Special Notes From Pakde Fu)

Sisi Gelap Pelatihan Motivasi.. Terapi dan Pemberdayaan Diri

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa berbagai referensi self-development dan self-help serta psikologi populer -baik dalam bentuk buku, tayangan video, MP3 dan audio book, maupun seminar/pelatihan- mengandung banyak racun yang justru membuat dirinya menjadi kerdil, kebingungan, berjalan di tempat, dan bahkan apatis. Apakah Anda pernah merasa demikian?

Dalam artikelnya yang berjudul Perspectives on self-help and bibliotherapy: You Are What You Read, diterbitkan dalam Handbook of Counselling Psychology, L. Craighead menuliskan tiga potensi bahaya yang terdapat dalam buku atau program pengembangan diri sebagai berikut:

“First, people may falsely label themselves as psychologically disturbed. Second, people may misdiagnose themselves and use material that deals with the wrong problem. Third, they may not be able to evaluate a program and may select an ineffective one.“

Bahwa kerapkali, selepas manusia mengikuti bahkan sampai kemudian Gandrung alias ketagihan dengan ilmu motivasi dan pemberdayaan diri?

Ada 3 kesalahan yang entah kenapa kerap mengikuti bahkan menjadi semacam identitas diri yang sayangnya bermakna kurang baik bagi diri sendiri. Kenapa? 

Karena ketiga kesalahan tersebut kemudian seolah menjadi semacam mental blok penarik efek negatif bagi diri sendiri. 

Lalu, apa saja 3 kesalahan yang membahayakan diri yang salah satu sumbernya justru berasal dari terlalu addict (Gandrung/Ketagihan) diri kita pada aneka hal berbau Motivasi dan Pemberdayaan Diri :

Pertama, salah melabeli diri sendiri yang biasanya kesalahan seperti ini kerapkali muncul jelang atau bahkan pasca/setelah mengikuti pelatihan motivasi dan pemberdayaan diri. Pelabelan diri sebagai sosok yang penuh Mental Block lhah, pribadi paling sial dan tidak beruntung lhah, sering kali gagal lhah, pribadi yang sama sekali belum layak untuk melakukan sesuatu lhah, atau dalam arti luas digolongkan sebagai pribadi yang sama sekali tak punya kebanggaan atas pencapaian diri . Kan ngeri..!!

Dan hal ini pun justru akan makin bermasalah ketika Training yang ia ikuti ternyata tidak menjawab kegelisahan hatinya. Orang itu kemudian jadi mudah antipati terhadap perubahan dan peluang, mudah curiga dalam kadar kecurigaan yang berlebihan bahkan dilevelnya yang terparah adalah bahwa ia menjadi sesosok manusia yang kerapkali kehilangan kepercayaan diri bahkan untuk hanya sekedar memutuskan sebuah tindakan sederhana yang mesti ia lakukan.

Kedua, adalah salah mendiagnosis diri mereka sendiri sehingga berdampak pada penggunaan materi, teori bahkan hingga aplikasi penyelesaian masalah yang salah untuk menyelesaikan masalah secara salah pula. Ini kayak jadi semacam Combo Kesalahan. Salah cara diagnosa, salah resep, hingga salah menentukan jenis penyakitnya.

Tentu saja ini super duper bahaya efeknya. Seperti orang yang sakit usus buntu yang memutuskan untuk pergi ke dukun dan oleh dukun tersebut ia di jampi jampi trus endingnya? Dikasih ramuan obat awet muda. Kan ga nyambung?

Nah sayangnya..
Orang yang kebanyakan belajar ilmu pemberdayaan diri tanpa ia tau kenapa ia harus belajar ilmu ilmu itu?

Biasanya mereka akan terjebak pada kesalahan diagnosa masalah ketika ada orang yang mendatangi mereka untuk konsultasi. Lalu? 

Karena salah diagnosa? Penanganan masalahnya pun jadi ga nyambung. Begitu juga dengan saran yang diberikan selepas sesi konseling dan terapinya. 

Nah, biasanya orang yang masuk ke dalam jenis ini adalah mereka mereka yang tergiur kilau cahaya uang yang memang kilaunya begitu nyata andai mau terjun di bidang jasa yang ada kaitan dengan (terapi) pemberdayaan diri.

Ketiga, salah evaluasi program yang harus dilakukan.

Ending dari dua kesalahan sebelumnya tadi tentu saja adalah menjadikan proses evaluasi (kinerja dan kemanfaatan) diri pun menjadi kurang efektif. Hal ini karena siapapun yang biasanya sudah merasa telah banyak belajar ilmu terapi, pemberdayaan diri hingga ilmu komunikasi terkini?

Entah kenapa selalu merasa tergoda untuk menyombongkan pemahaman mereka (disatu sisi) dan merendahkan diri siapapun (termasuk dirinya sendiri) di sisi lain. Bahwa kerapkali ketika orang sudah Gandrung terhadap sebuah ilmu pengetahuan dan pemberdayaan diri yang ia pelajari? Entah kenapa ada aja godaan untuk bilang :

Oh. Ilmu ku inilah yang terbaik
Ilmu mu apa? Apa hebatnya? Apa kelebihannya dibandingkan dengan ilmuku?

Seolah olah ilmu adalah sesuatu yang sifatnya bisa dipamerkan. Padahal kan gak demikian.

"Karena keberadaan setiap ilmu itu adalah untuk melengkapi puzzle keilmuan yang lain dan bukan malah dibandingkan untuk mencari mana yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Ya kan?"

Tentu saja ketiga hal yang menjadi semacam sebuah potensi bahaya dari cara kita yang memilih belajar secara serampangan dan tanpa perhitungan dan Kesadaran dalam belajar ilmu pemberdayaan sebagaimana yang sudah dibahas di atas?

Hal itu tentu saja akan dapat membuat Anda memiliki masalah-masalah baru yang lebih parah dibandingkan sebelum membaca buku hingga mengikuti aneka agenda seminar.. workshop.. pelatihan yang berkaitan dengan aneka ilmu komunikasi, pemberdayaan diri, dan juga ilmu terapi tersebut. 

Bahkan seringkali sebenarnya Anda berada dalam kondisi yang stabil dan sehat, namun gara-gara iseng membaca sebuah penjelasan atau mencoba sebuah kuesioner pengembangan diri, hingga kemudian anda makin eksekusi dengan mengikuti pelatihan motivasi hingga teknik terapinya justru malah bikin Anda jadi  semakin depresi karena dinyatakan memiliki gangguan atau masalah tertentu.

Dan terakhir mengenai racun yang jarang disadari selepas belajar aneka seni ilmu terapi dan pemberdayaan diri yakni timbulnya keyakinan delusional bahwa sekedar mengkonsumsi materi pengembangan diri akan dengan sendirinya mengubah diri Anda menjadi lebih baik.

Catat baik-baik bahwa aneka buku..pelatihan dan juga program training motivasi dan seni terapi diri tersebut hanya bertugas untuk memotivasi dan mentog adalah untuk memberi Anda panduan terapi sederhana saja tapi untuk menuju perubahan nyatanya?

Maka kesemua buku dan pelatihan itu tidak lah akan dapat mengubah Anda menjadi lebih baik! Dan juga..

Rasa bahagia karena dicerahkan, terlengkapi, berpengetahuan, dsb yang Anda rasakan itu bukanlah bukti bahwa Anda sudah berubah dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. 

Itu hanyalah euforia sesaat yang memang diciptakan oleh berbagai referensi self-help dengan tujuan menempatkan Anda dalam kondisi psikologis dan kognitif yang subur untuk sesegera mungkin melakukan aksi perubahan.

Euforia bukanlah perubahan itu sendiri. Ia hanya pintu gerbang menuju kualitas dan transformasi yang Anda sebenarnya inginkan. Jadi jika Anda hanya berhenti di sana, tidak heran Anda sedikit sekali melihat perubahan permanen. Bahkan..

Anda hanya akan menjadi seorang pecandu ilmu terapi dan  pengembangan diri yang hidupnya hanya sebatas mengejar sensasi ilmu-ilmu baru .. gelar non akademik tapi tanpa pernah mempraktekkannya. Sama sekali.

Memang harus diakui bahwa setiap produk pengembangan diri di luar sana menjanjikan kesegaran, kedamaian, kesembuhan, kebebasan, kesuksesan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hidup. Tapi berdasarkan pengamatan pribadi saya selama bertahun-tahun hingga hari ini?

Terlalu sedikit sekali pembaca yang berhasil mengalami hal-hal yang dijanjikan tersebut ditingkat yang lebih nyata daripada sekedar euforia sesaat.

Saya beritahu satu rahasia, saya jauh lebih banyak menangani kasus orang yang terjebak, terjerembab, dan teracuni oleh materi-materi pengembangan diri dibandingkan menangani orang polos yang memang tidak mengkonsumsi hal demikian. 

Mereka biasanya merasa sudah tahu apa yang harus diperbuat berkat pengetahuan buku dan pelatihan yang mereka ikuti, bahkan bisa mendekonstruksi sendiri kesulitan yang mereka sedang alami, namun anehnya tetap tidak mampu mengeluarkan diri dari kondisi tersebut. Kalo ditanya soal alasannya kenapa bisa demikian?

Alasannya sederhana, bukannya sibuk mempraktekkan pengetahuan dan inspirasi yang baru saja mereka dapatkan, mereka malah sibuk sibuk mencari ilmu canggih, tehnik cepat, poin inspirasi, langkah praktis, atau sistem terobosan yang lebih manjur lainnya.

Tulisan-tulisan tersebut terlihat begitu indah dan ajaib sehingga tanpa disadari malah meracuni pikiran Anda. Sama seperti betapa konyolnya seseorang jika ia merasa sudah menyelamatkan dunia setelah menonton film Superman, demikianlah konyolnya jika Anda merasa sudah menjadi lebih baik setelah membaca buku-buku pengembangan diri.

Kita yang terbiasa menipu diri sendiri, kemudian merasa teryakini dan memimpikan peningkatan kualitas hidup akan terjadi sebagai akibat langsung dari menghapal, mencatat berbagai rumus indah yang diberikan oleh para pelatih dan konsultan sukses. Namun.. 

Seiring waktu, kita menjadi serba-tahu-segalanya, sekaligus kewalahan karena harus menyimpan teori yang kadang saling bertolak belakang, lalu akhirnya merasa bingung mengapa tidak pernah melihat buah yang nyata.

“Self-help books offer different possible moves for different games. They point the reader toward the game, invite him or her to define a strategy and then to go out to do what is necessary to actualize it.“

Renungkan saja bahwa sudah berapa banyak program pengembangan diri, self-help, psikologi populer, dan referensi inspirasi dan motivasional lainnya yang pernah Anda konsumsi sampai hari ini?

Lalu jawab dengan jujur apakah Anda sudah mempraktekkan setidaknya setengah dari apa yang sudah Anda ketahui itu…


Saya tidak akan memberikan poin atau rumus apapun hari ini. Anda hanya perlu berhenti membuang waktu, uang, dan tenaga Anda demi ilmu-ilmu baru. Praktekkan apa yang sudah Anda baca. Titik.

(Tulisan ini merupakan sebuah tulisan yang pernah di posting oleh salah seorang Sahabat dan sekaligus Guru Pakde Fu, yaitu Master Arnold Mekka yang ternyata mendapatkan artikel tersebut dari tulisan seorang Master Romansa Indonesia : Master Lex De Praxis.)

*So, kalo tulisan ini sudah diaminkan oleh 3 orang yang cukup lama berkecimpung di dunia training dan pemberdayaan diri? 

Maka Insya Allah isi pesannya bisa dikatakan... VALID LAH. Bahwa :

"MENGUPGRADE dan MENGUPDATE kesadaran dan pemahaman lewat aneka kelas motivasi dan pemberdayaan diri itu.. BOLEH. Tapi porsinya haruslah dalam tahap CUKUP dan jangan sampai berlebihan." 

Sebab jika diibaratkan sebagai sebuah sajian makanan? Ilmu motivasi dan pemberdayaan diri itu ibarat hidangan super pedas yang membuat kita langsung TERJAGA KESADARANNYA. Tapi jika porsi Tapi jika porsi mengkonsumsinya sudah berlebihan? 

"Tentu hal itu akan menjadi sebuah masalah baru yang bakal lebih menyusahkan Kehidupan Anda, bukan?"

Yah. Walau memang ketika Anda punya masalah dan butuh Konseling.. Training.. bahkan hingga proses Coaching, anda tinggal klik link ini aja :

http://hypnotarotbekasi.blogspot.com/2018/10/layanan-konseling-wilayah-bekasi.html?m=1

Insya Allah..
Apa saja yang jadi masalah Anda akan ketemu kok jalan penyelesaiannya. "Ga percaya?"

Segera buktikan saja.

N.B :

*Yang menjadi sumber data dari tulisan artikel ini diantaranya adalah :

http://www.ztrongmind.net/page/Article_detail/29/Bahaya_Materi_Pengembangan_Diri.html

Dan

https://lexdepraxis.wordpress.com/2009/12/04/racun-pengembangan-diri/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENTORING SPESIAL BACA ORANG (Batch 7)

KELAS ONLINE BACA ORANG - Batch 8

FREESTYLE FISIOGNOMY (Batch 5)