Pahami Dirimu, Pahami Gurumu, Pahami Belajarmu.


By :
Coach Isman (Muhammad Isman)
Creator Black Belt Trainer Programme
Organization Learning Consultant & 
Training Management Specialist

"Pahami Dirimu, Pahami Gurumu, Pahami Belajarmu.  Maka kau sanggup menerima berjuta Ilmu."

Pengalaman ini pernah saya share beberapa tahun lalu. Dan kali ini tak ada salahnya saya share lagi, dalam rangka pengingat diri dan semoga mengingatkan bagi mereka yang sedang berhasrat untuk belajar.

Tahun 2008 saya mengambil sertifikasi Hypnotherapist dari sebuah lembaga Hypnotist ternama di dunia.

Pada saat itu salah satu pengajarnya adalah seorang hypnotherapist senior dan memiliki jam terbang luar biasa di bidang medical hypnosis.

Saya akui, ilmunya banyak, pengalamannya keren, sharing2nya inspiring... namun, cara mengajarnya kurang bagus. Ya, karena beliau lebih banyak menjadi praktisi ketimbang menjadi instruktur. Artinya beliau belum tentu menguasai cara melatih yang efektif.

Saat itu saya hampir komplain ke penyelenggara karena tidak puas dgn performance pengajar.

Namun.... saya keburu melakukan diskusi dengan sesama peserta, yang kebetulan isi diskusinya adalah materi yang relevan dengan case yg saya hadapi itu.

Teman belajar saya mengingatkan....

"Sayang dong.... minta uang kembali, batalin ikut training udh setengah jalan. Apa terpikir cara yang lebih baik?"

Pertanyaan itu membuat saya mikir.... merenung sejenak.

Lalu... muncullah insight seperti ini.

1. Yang membuat saya semakin resisten dengan ilmu yang disampaikan pengajar adalah sikap saya pada beliau. Makin saya tidak suka akan makin menutup pikiran saya untuk menyerap ilmu dan pengalaman beliau yg luar biasa.

2. Saya memutuskan memahami, menerima, memaklumi jika pengajar memang seorang praktisi yang ilmunya dan pengalamannya mendalam, namun belum tentu mampu mengajarkan layaknya seorang pengajar profesional. Lha wong kepakarannya bukan di pengajaran, tetapi pada praktik praktik hypnothetapy yang beliau lakukan.

3. Betul kata teman saya. Semakin saya menolak, bahkan sampai komplain, semakin saya tidak mendapat apa2. Padahal training sudah saya ikuti setengah jalan.

4. Saya putuskan untuk lebih serius menyimak, bertanya, meminta penjelasan, dan mendiskusikan dengan beliau soal keterkaitan satu materi dengan materi lainnya, praktek dengan praktek lainnya, dll.

Singkat kata... saya memilih untuk memahami kondisi guru saya, kondisi saya, dan ilmu apa yang sedang saya pelajari.

Dengan insight yg saya dapat tersebut.... keesokan harinya saya mampu merangkumkan sharing dari pratik2 beliau, sehingga menjadi pelajaran yang mudah saya cerna.

Insight ini mirip dengan stratrgi sun tzu dalam berperang. KENALI DIRIMU, KENALI LAWANMU, KENALI TEMPA DIMANA KAMI BERPERANG... MAKA KAMU AKAN MEMENANGKAN SERIBU PERTEMPURAN.

Tak selamanya guru menjadi seperti yang kita inginkan. Namun bukan berarti kita tidak bisa belajar. Bagaimanapun Belajar adalah tanggungjawab pribadi, maka diri sendirilah yang harus berusaha.

Guru juga manusia, dia punya perilaku yang belum tentu sesuai harapan kita... namun adakah kepentingan kita dengan perilakunya tersebut?...  Jika tiada kepentingannya, lalu untuk apa mempermasalahkannya?.

Menuntut seseorang menggurui kita sesuai keinginan kita, bukanlah pilihan yang dapat kita kendalikan.

Namun mengendalikan diri agar mampu belajar dan mendapat kemanfaatan dari belajar... itulah yang lebih utama.

Seperti apapun gurumu... hargai ia, sebagaimana dirimu ingin berharha dan pula ingin dihargai.

Menghargai guru, menghargai ilmu... insya Allah membuatmu mampu mempelajari berjuta ilmu.


Siap?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENTORING SPESIAL BACA ORANG (Batch 7)

KELAS ONLINE BACA ORANG - Batch 8

FREESTYLE FISIOGNOMY (Batch 5)