Humor dan Reframing
(Bukan) by :
Pakdhe Fu
Alias Fuad Hasan Ch M
Alias H. Fuad Hasan Prawirotomo Salman
"Setelah lama nggak ngeposting sesuatu di sini? Eh dapet satu artikel keren yang ga tau ditulis oleh siapa. Tapi yang jelas? Isinya.... KEREN GILAAA...!!!"
Reframing adalah proses mengubah makna suatu ke makna yang lainnya.
Pakdhe Fu
Alias Fuad Hasan Ch M
Alias H. Fuad Hasan Prawirotomo Salman
"Setelah lama nggak ngeposting sesuatu di sini? Eh dapet satu artikel keren yang ga tau ditulis oleh siapa. Tapi yang jelas? Isinya.... KEREN GILAAA...!!!"
Yup. Seperti yang kita ketahui bersama, sekarang ini adalah masa-masa sedang populernya seni stand-up comedy, sebuah seni berkomedi yang dilakukan secara monolog alias dilakukan sendirian yang intinya adalah membuat materi humor alias joke yang disandarkan pada rasa kegelisahan atas keadaan yang terjadi disekitar mereka. Tapi mungkin diantara banyak stand up commedy banyak yang tidak menyadari betapa mereka sedang mempraktekkan sebuah teknik yang begitu familiar dengan ilmu Nuro Linguistic Programming (NLP). Teknik tersebut tak lain adalah teknik or metode Reframing.
Seperti
diketahui, NLP adalah sebuah ilmu berbasis kemampuan excellent modeling
alias ilmu untuk menirukan sesuatu hal agar menjadi lebih mudah dilakukan. Nah,
apa saja yang ekselen bisa kita model dengan NLP ini, sehingga kita
mempelajarinya jauh lebih mudah dari pada orang yang aslinya saat ia belajar.
Di artikel ini, kita akan memodel humor, yang ternyata bisa di-crack dengan ilmu Reframing dari NLP.
Banyak orang
yang suka mengomentari bahwa kelas-kelas saya full of humor dan menyenangkan sekali.
Humornya kontekstual, berkaitan dengan materi dan menjadi bagian dari
pembelajaran. Bahkan ada yang mengatakan, di kelas saya sambil belajar, dapat
bonus menonton stand up
comedy gratis, dan memberdayakan.
Jika Anda
pernah menghadiri kelas Dr. Richard Bandler, co-founder NLP, maka kelasnya
benar-benar penuh dengan humor yang cerdas. Saya memodel beliau ini, bagaimana
caranya menjadikan humor bagian dari pelatihan, bukan sekedar menyisipkan humor
agar kelas jadi lucu dan hidup.
Dr. Richard
Bandler menggunakan humor bahkan tidak hanya di kelas pelatihan ia
menggunakannya dalam proses terapi. Beliau ini seorang ahli provocative therapy, dan
biasanya Dr. Richard Bandler akan menggunakan humor untuk membuat model dunia
klien (yang bermasalah) menjadi longgar. Saat seorang klien mengeluhkan
mengenai problemnya, maka Dr. Richard Bandler akan mengomentarinya secara lucu
dan provocative,
sehingga si Klien tiba-tiba memiliki pandangan yang berubah mengenai model
dunianya.
Sungguh cerdas
sekali, menggunakan humor sebagai suatu cara untuk me-reframe suatu kondisi masalah yang
tengah dialami klien (present
state).
Dr. Richard
Bandler memodel proses reframing
ini dari tokoh yang bernama Virginia Satir, dan sebagai hasilnya adalah 2 model
reframing content dan context (akan saya jelaskan di bawah
nanti ). Untunglah proses itu sudah di model oleh beliau sehingga
menjadi 2 model seperti itu, maka kita mudah menggunakannya.
Di sisi lain Dr
Richard Bandler juga menguasai Provocative
Therapy, yang dikembangkan oleh Frank Farrelly. Mungkin dari
sinilah, Dr Richard Bandler menggabungkan keduanya, menggunakan humor untuk
memprovokasi model dunia si klien, sehingga terjadi proses reframing (perubahan
makna) atas permasalahan awalnya.
Contoh:
Klien
: “Saya tidak punya goal dalam kehidupan saya!”
Reframe : “Jadi penasaran…, hehehe apakah Anda
seorang pemain bola?”
Klien
: “Hahahaha, bukan…!”
Reframe : “Kalau begitu, apa goal dari pertanyaan Anda itu?”
Klien
: “Goal
saya supaya mendapat jawaban!”
Reframe : “Jadi Anda sekarang sudah punya Goal!”
Hahaha…
Baiklah, ini
saya copas sebuah humor yang sedang beredar di BBM ini. Saya tidak tahu siapa
penulisnya. Saya edit saja sedikit, supaya lebih ‘sopan’ saat dibaca.
Ada seorang
anak gadis lugu berusia sekitar 12 tahun yang bekerja di pabrik Sapu Ijuk.
Baru bekerja
kurang dari setahun, dia tiba-tiba menghadap bos pabrik dengan niat ingin
berhenti bekerja. Namun sang Bos sedikit keberatan, karena menilai anak gadis
lugu ini seorang pekerja yang rajin…
Supaya jelas,
Bos bertanya, “Apa alasan kamu berhenti kerja?,”
Gadis lugu:
“Tidak ada Pak!, Saya memang cuma ingin berhenti saja.”
Tidak hilang
akal si Bos memancing dengan kenaikan gaji 3 kali lipat. Eh tetap saja anak
gadis lugu ini menolak. Semakin penasaran deh si Bos. Akhirnya Bos
menanyakan: “Kamu enggak mungkin berhenti begitu saja, pasti ada suatu alasan,
ayolah beritahu saya…”
Gadis lugu:
“Baiklah jika Bapak memang memaksa…”.
Kemudian dengan
terpaksa dan polosnya (*maaf) anak gadis lugu membuka celananya
dan menunjuk ‘bulu-bulunya’ sambil berbicara sedih, “Pak lihat. Sebelumnya saya
tidak punya ini… Ini tumbuh pasti karena setiap hari saya selalu pegang
ijuk-ijuk untuk membuat sapu itu.”
Melihat
penjelasan ini, si Bos merasa lucu dan menahan ketawa. Sedikit agak
bingung bagaimana menjelaskannya, dan dengan tetap menjaga
kesopansantunan, si Bos pun sedikit membuka celananya dan menunjukkan
‘bulu-bulu’ miliknya (*maaf) sambil dia ngomong: “Nak.. ini
adalah suatu yang alamiah, lihatlah… saya juga punya kok. Tidak usah
khawatir lah nak … ini adalah hal yang normal saja……”
Ditunjukkan hal
itu, sontak anak gadis lugu jadi kaget bukan main. Dia langsung
nangis kejer dan semakin minta berhenti detik itu juga.
Diantara
tangisnya dia mengatakan, “Pak.. Pokok nya saya harus berhenti sekarang
juga… Bapak sepertinya sudah terlalu lama kerja di sini. Sehingga bukan hanya
ijuknya saja yang tumbuh, karena punya Bapak bahkan sudah mulai
tumbuh gagang sapunya…”
Nah, hehehe
Sementara Anda
mungkin sedang mati-matian untuk menghindari bayangan sapu ijuk yang mulai
nggilani itu itu, mungkin Anda mulai kepikiran apa hubungan Humor dan Reframing?
Ya, bagi Anda
yang teliti, ada 2 frasa dalam teks itu yang menandai bagaimana reframing dibuat dalam
kisah itu.
Begitulah,
Melalui
strategi linguistik, pembaca / pendengar dipindahkan fokusnya secara cerdik
sehingga sudut pandang / frame
dari suatu hal menjadi berganti. Misal, dalam kisah humor di bagian awal
artikel ini:
1.
Reframing pertama adalah memindahkan gambaran sapu ijuk
itu ke bulu-bulu.
2.
Reframing yang kedua adalah mengenai batang sapu.
Demikianlah
suatu humor dibuat.
Nah apa sih reframing dalam NLP itu?
Dalam
NLP, reframing adalah salah satu teknik NLP paling berguna. Reframing
berdasar pada suatu gagasan bahwa semua
makna tergantung pada sudut pandang orang yang mengalaminya. Untuk
mereframe sesuatu adalah dengan mengubah maknanya dengan
cara menempatkan pada konteks yang berbeda. Misalnya, pengalaman buruk bisa
tiba-tiba terasa menjadi konyol saat kita meninjaunya ke dalam
bingkai jangka waktu yang lebih panjang.
Reframing adalah proses mengubah makna suatu ke makna yang lainnya.
Caranya mengubah pemaknaannya biasanya dengan 2 cara:
1. Diubah
begitu saja pada makna lain (reframing
meaning/content),
Anak kecil kok
suka membantah.
"Oh, dia bukan
membantah, dia sedang belajar mempertahankan keinginannya, namun belum tahu
cara yang sopan."
2. Diubah
maknanya dengan cara dipindahkan konteksnya (reframing
context).
Anak kecil kok
suka membantah.
"Oh kemampuan
itu akan jadi bekal penting saat nanti ia jadi politisi."
MODELING HUMOR DENGAN NLP
Mari kita
perhatikan bagaimana seorang pelawak melakukan kelucuannya. Jika Anda amati,
maka akan mudah dilihat bahwa para pelawak biasanya melakukannya melalui 2
tahap:
1.
Set
Up
: Membawa Anda masuk mengikuti logika tertentu.
2.
Punch
Line : Tiba-tiba mengubah makna yang tadinya Anda ikuti
secara tak terduga.
Untuk
mempermudah, mungkin istilah punch-line
bisa diartikan secara luas sebagai semacam “kalimat yang menohok”.
Pendengar yang sedang asyik mendengarkan suatu frame, tanpa mengira tiba-tiba
ditohok dengan frame
baru sama sekali. Dan frame
ini menjadi lucu, karena dibawa ke arah fokus yang tidak disangka-sangka.
Jadi, bagian Set Up dalam humor, di NLP
dikenal dengan istilah Preframe
(frame awal), sedangkan bagian punch-line
ini adalah bagian Reframing.
§ Set up
= Preframe
§ Punch Line = Reframe
Steve Andreas
(salah satu co-developer NLP) pernah memberikan contoh lucu sekali mengenai hal
ini:
“Kalimat apa yang benar-benar paling
Anda ingin dengar diucapkan oleh para sahabat Anda, saat upacara penguburan kematian
Anda?”
Kemungkinan
besar Anda akan menjawab: “Kami
sedih sekali ditinggalkan sahabat kami yang sangat baik, semua orang
mencintainya, kami mendoakan agar sehabat saya ini arwahnya diterima oleh Tuhan
YME“.
Punch-line yang paling
asyik adalah:
Sahabat saya
mengucapkan : “Hai lihat dia
bergerak, ternyata dia nggak jadi mati!”
Hahaha, rupanya
belum menginginkan kematian, masih ingin hidup lebih lama.
Yuk kita
perluas contohnya, kita kaitkan dalam 2 jenis reframing dalam NLP (content dan context). Dalam kehidupan
saya, pernah lho kurus banget (sebelum 1998), pernah atletis (sebelum 2009),
pernah perutnya gendut. Dan kondisi itu untuk beberapa saat saya nikmati,
wakakakakak alasan….
Nah, saat ini, jika seseorang meledek kenapa perut saya gendut, biasanya saya
becandain hehehehe….
Contoh
reframing content / meaning:
Banyak orang
meledek ukuran perut saya terlalu besar.
Padahal yang
sebenarnya adalah, bagian tubuh saya yang lain yang terlambat pertumbuhannya.
Reframing:
Perut besar.
Diganti artinya
–> Bagian tubuh lain yang terlambat mengikuti.
Contoh
reframing context :
Perut saya
sering dibilang besar.
Yang bilang
begitu pasti belum pernah melihat ukuran
besar yang di bawah perut saya.
Maksudnya
jempol kaki.
Reframing:
Perut besar.
Dipindahkan konteks
–> 2 kali pindah konteks
(1) Bawah perut
(2) Jempol.
Hahaha…
Nah, berminat
jadi stand up comedian, yuk mulai
diamati bagaimana mereka menciptakan perubahan makna melalui proses set-up dan kemudian
diikuti punch line
alias reframing
ini. Selebihnya adalah showmanship
dan kemampuan membuat anchor
dari state lucu
ini. Sehingga cukup dengan gesture
tertentu atau kata tertentu, langsung audiens tertawa lagi.
REFRAMING DALAM
KEHIDUPAN
Mengetahui ilmu
dan reframing dalam humor dan stand-up comedy bias membuat seseorang
lebih asyik dan memudahkan pekerjaannya.
Trus bagaimana
jika kita pakai untuk kehidupan sehari-hari? Wow!
Bagaimana jika
kita pakai untuk melakukan pemaknaan pada peristiwa-peristiwa dalam kehidupan
yang tadinya sempat kita persepsikan sebagai hal yang “buruk”, hal yang “sial”,
dan sebagainya.
Akan jadi
semudah dan seindah apa hidup kita, saat Anda Kuasai ilmu reframing ini?
Hayo? Jadi....
Ente minat belajar Stand Up Commedy?
Atau NLP?
Atau sama sekalian belajar Tarot and analisa karakter?
KALO ENTE MAU....
SILAKAN AJA CALL :
Hypno Tarot Bekasi
Fuad Hasan Ch M
0859 3996 9588
54D60AD9
Atau Klik :
Salam GGS (Gahol...Gesreg...Sakti)
Selalu Untukmu
Mbah Wiro Dan Pakdhe Fu
FB-nya Pakdhe Fu : Fuad Hasan Ch M
Fanspage FB-nya Pakdhe Fu : Fuad Hasan Ch M
Instagram Pakdhe Fu : @fuad_hasan_chm
WA/Telp : (+62)85939969588
Youtube : www.youtube.com/c/tujuhduaproduction
Web :
www.superhipnotis.com/about-us
Instagram Pakdhe Fu : @fuad_hasan_chm
WA/Telp : (+62)85939969588
Youtube : www.youtube.com/c/tujuhduaproduction
Web :
www.superhipnotis.com/about-us
Komentar
Posting Komentar